Melodi dan Ingatan Pengantar Tidur

Intro.

Hello, it’s been a long time. A life update: Today is 2023 dan aku sedang tumbuh bersama keluarga kecilku.

•••

Selamat malam, sayang. Entah di usia berapa ketika kamu sudah bisa membaca tulisanku ini. Aku akan sedikit menyampaikan apa yang aku rasa dari sudut pandangku sebagai seorang ibu.

Aku tidak pernah merasakan, memiliki, dan memberikan cinta yang sebesar ini sebelumnya dalam hidupku. Jujur saja, walau setiap cinta untuk setiap orang ada porsinya. Namun cintaku kepada buah hatiku ini begitu dalam dan indah sampai tidak mampu aku deskripsikan.


Malam ini anakku nampak gelisah, belum bisa tidur di jam tidurnya yang biasa. Padahal sudah kususui sampai ia kenyang sepertinya, sampai momen dimana gigi lucunya mulai menggigit-gigit sehingga aku harus menghentikannya. Setelah itu ia terlepas dan matanya kembali segar, memanggil-manggil sang ayah yang berada di ruang kerjanya untuk ikut tidur-tiduran di kasur. Lampu sudah dimatikan. Musik lullaby sudah diputar dan masih berlangsung ketika aku menulis ini. Anakku tetap belum bisa tidur. Masyaallah, semakin hari ia memang semakin aktif dan pandai. Komunikasi kami jadi semakin seru dan lucu.


Zei a.k.a suamiku harus kembali ke ruang kerja dan melanjutkan meeting onlinenya. Tinggal lah aku berdua dengan Kaka (panggilan sayang untuk anakku dari kami, orang tuanya). Aku ingin ia belajar tidur sendiri tanpa harus menyusu, lagipula seharusnya ia masih kenyang. Ia hanya perlu menenangkan dirinya dan tertidur lelap. Aku pura-pura tertidur beberapa menit sambil memperhatikan tingkah lakunya. Tubuh mungil yang sepertinya sudah lelah dan mengantuk tapi enggan memejamkan mata. Sungguh lucu sekali gerak-geriknya. Menyelupkan diri di timbunan bantal guling, mengajak bermain boneka-boneka, bahkan hampir turun dari kasur untuk mencari dimana sumber musik berada. Ku pantau terus sambil tertawa dalam senyap. Sepertinya aku pun tergoda untuk menawarkannya susu lagi. Benar saja, suara kecilnya mulai memanggil-manggil, menghampiri aku yang sudah berbaring tidur, “Nda, Nda!”, Bunda maksudnya. Semakin lama semakin kencang.


Aku tidak bisa membisu lagi, aku jawab, “Apa sayang?”, dengan suara lirih. Aku mengajaknya tidur bersama. Dalam gelap, ia tidak tahu ada air mata yang mengalir deras di pipiku. Aku susui ia dalam posisi tidur. Ingatan sejak ia dalam kandungan sampai saat ini ia berusia 13 bulan bermunculan. Aku tidak akan pernah lupa kehidupanku sebelum itu, tapi aku jadi tidak bisa membayangkan kehidupan atau dunia yang tanpa ia. Aku tidak akan pernah mau menukarnya dengan apapun. Ini terlalu indah. Kehadirannya membuat hidupku lebih damai, utuh, dan bahagia. Terlintas pikiran ‘Apa artinya hidup dan segala pencapaian atau yang diupayakan kalau bukan untuk ia, anakku?’.


Matanya mulai terpejam. Aku bilang, “Peluk bunda erat,” dan ia memelukku erat. Lalu jari-jari kecilnya mencengkeram jari telunjukku dengan erat pula. Aku cium keningnya yang berpeluh seraya berkata, “Semoga Allah senantiasa memampukan, mencukupkankan, dan membersamai Ayah Bunda supaya bisa memberikan yang terbaik untuk Kaka, supaya Kaka selalu hidup dengan bahagia, memenuhi apa yang Kaka butuhkan dan Kaka inginkan.”


•••


Aku akhiri tulisan ini bersamaan dengan berakhirnya musik pengantar tidur yang berjudul ‘Octobre’ dari Ildio, Oktober bulan kelahiran anakku tersayang.


Panjang umur dan bahagia selalu untuk para orang tua hebat dan anak-anak kesayangannya. 


•••


Bogor,

20 November 2023

22.30 WIB

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Monolog Harapan dan Kenyataan

Lirik Lagu 'The Rain' Oh Wonder dan Terjemahannya dalam Bahasa Indonesia