Gadis di Musim Dingin
Seorang gadis membanting pintu, memeluk diri
Melangkah keluar tanpa alas kaki
Mencari perlindungan
Terpaku di tengah jalan
Matanya membidik orang-orang yang berlalu lalang
Pipinya basah, jiwanya resah
Meratapi tangan yang tak menggenggam apapun
Pikirannya melayang jauh ditiup taifun
Matanya semakin memerah, tubuhnya lemah
Merasa yang paling tak berguna di riuhnya kota
Terperangkap oleh pikiran buruk dan ucap tak mampu
Asanya patah, wajahnya lesu ditutup malu
Beberapa orang mencoba untuk mengulurkan tangan
Memberi selimut bahkan hunian
Tetap tak ada yang membuatnya sehangat dulu
Hatinya dingin diliputi rasa pilu
“Aku sudah berjalan sangat jauh,” berbisik untuk telinganya sendiri
Sambil melepas ikatan pada lehernya
Yang mencekik kebebasannya
Yang mudah memudarkan senyumnya
Lalu ia melihat percikan api di ujung jalan
Matanya berbinar tersilaukan
Langkah-langkah kecilnya menghampiri cahaya
Menggugurkan salju yang bekukan rasa percaya
Ia berlutut di hadapan sang api, ia memadamkannya
Dengan tangisan maaf untuk dirinya sendiri
Atas perasaan bodoh yang sering kali menghinggapi
Perasaan yang seringkali mengganggu, sebab
Merasa tak percaya diri
Merasa tak bisa dihargai
Merasa tak layak dicintai
Merasa tak bisa apa-apa
Merasa tak cukup mampu
Merasa tertinggal jauh
Merasa begitu rapuh
Merasa takut
Merasa kalut
Kemudian ia berhenti tersedu
Berhenti menatap sedih raga yang ia tempati
Berhenti melupakan kekuatan yang hampir mati
Berhenti merasa kurang di hadapan dunia
Menghidupkan kembali api yang ada dalam dirinya
Menghangatkan musim ini dengan keyakinan barunya
Terbakar ia, sendunya menjadi abu, semangatnya menyala
18 Februari 2019
PR.
Komentar
Posting Komentar