Postingan

Menampilkan postingan dari Oktober, 2018

Selamat Malam

Gambar
Jakarta dan 'Mantra Mantra' milik Kunto Aji menemaniku melepas senja. Sebenarnya tak ada senja pula yang ku lihat. Setiap melangkah menuju rumah sementara, langit sudah berganti warna. Alunan 'Rehat', salah satu lagu dalam daftar putar terasa sempurna untuk menutup hari. Entah sudah berapa ratus hari aku di sini, di kota pujaan yang tak jarang juga dapat cacian. Ada beberapa hari yang memintaku untuk berhenti sejenak di perjalanan pulang, untuk sekedar duduk di tepian air mancur belakang gedung-gedung pencakar langit. Sekarang aku sedang di tempat itu. Dengan pemandangan kantor tempatku bekerja dan kanvas hitam di baliknya, selalu mengharap bulan atau bintang terlukis setiap malamnya. Iya aku di sini, di tepian air mancur belakang gedung-gedung pencakar langit. Seseorang bilang, "Tempat rehatmu di Jakarta, anggap danau dan gunung dan lautan. Gunung, gedung. Danau, air mancur. Lautan, kendaraan". Aku tersenyum membaca pesannya. Aku tak peduli polusi tiap k...

Ingin Ku Sampaikan Sejak September

Gambar
Buku puisi 'Anomali Hati', goresan tinta Putri Cendana & Elizabeth Stefanie Ubur - Ubur Seingatku, setiap manusia mempunyai hati. Adakah kamu ubur-ubur? Dan jikalau benar, ku kirimkan surat ini untukmu di laut biru kelabu. "Hai, Tuan Ubur-Ubur, apa kabarmu, dalam indahnya laut biru tanpa batas? Juga tanpa aku yang selalu menyayangimu namun tetap melepasmu menuju bebasnya laut. Entahlah, apakah aku yang mengusirmu perlahan atau kau yang memilih untuk beranjak. Entahlah- ah, sudahlah, aku tak pernah mau mengingatnya perkara di mana kita berpisah. Omong-omong, adakah seseorang menjadi ubur-ubur jikalau ia meleburkan diri ke laut biru? Aku ingin menjadi ubur-ubur. Sepertimu. Ah, jika suatu hari nanti aku bisa memilih hendak seperti apa aku dilahirkan, aku lebih memilih menjadi ubur-ubur. Agar kelak tidak ada lagi, tarik menarik antara otak dan hati."