Maaf & Terima Kasih
Kehidupan
tidak pernah lelah untuk menyuguhkan kejutan. Kita sebagai manusia biasa harus
selalu siap untuk membaca tanda-tanda hingga akhirnya kejutan itu tiba. Lagi
lagi, kehidupan memintaku untuk menghargai apa yang telah ku lewati, terutama
menghargai diriku sendiri. Ramadan adalah bulan yang baik untuk berbenah diri,
maka tepatlah sang kejutan tiba di bulan ini. Semakin tinggi pohon, semakin
tinggi anginnya. Dari tahun ke tahun aku merasa kejutan ini naik level. Baik,
kali ini aku berusaha untuk menyikapinya sebijak mungkin, meski makna bijak itu
sendiri terkadang tidak tercerminkan dari diri ini. Maka ini lah lembaran baru
agar aku belajar lagi dan lagi.
Aku
hanya ingin mengucapkan maaf dan terima kasih. Maaf dan terima kasih untuk
mereka yang mengenalku, yang pernah hadir dalam cerita hidupku. Saudara,
sahabat, dan yang lainnya, baik yang dekat maupun yang cukup kenal saja.
Semuanya... Allah hadirkan bukan tanpa alasan. Aku belajar bahwa setiap
perkenalan, pertemuan, bahkan perpisahan
dengan orang lain itu pasti memiliki tujuan.
MAAF,
jika aku pernah menyakiti hatimu. Aku tak pernah ingin memasuki celah dimana
aku bisa menyakiti orang yang menyayangiku. Maaf jika aku tak menyadarinya.
Maaf untuk hal-hal bodoh yang tanpa sengaja ku perbuat. Maaf jika memang kamu
anggap itu luka. Maaf jika aku pernah menebar harapan tanpa bisa
merealisasikan. Maaf untuk semua ucapan dan tingkah laku di masa lalu yang
mungkin belum bisa ku kendalikan dengan benar. Maaf untuk amarah, emosi, dan
hal tidak menyenangkan lainnya yang
pernah ku luapkan. Maaf, aku tak pernah ingin ada rasa benci di antara
kita. Aku tak mau ada permusuhan. Aku ingin kehidupan yang tenang damai,
berbagi kebaikan dan kepedulian dengan orang-orang yang ku kenal, orang-orang
di sekitarku. Namun itu rasanya tidak mungkin. Akan selalu ada orang yang
berlawanan dengan kita. Sebaik apapun niat kita, setulus apapun hati kita,
jangan harap dunia ini membalas kebaikan yang kita beri seratus persen. Aku
hanya ingin meminta maaf, untuk khilaf yang ku sadari dan tidak ku sadari. Maaf
jika aku tak bisa membalas kebaikan yang pernah diberikan untukku.
Maaf
pula untuk diri sendiri yang pernah menyalahkan diri sendiri. Akui salah jika
memang yang dilakukan salah, mengetahui dengan kesadaran penuh bahwa apa yang
kita ucap atau kita perbuat itu salah, menyinggung, menyakiti, merugikan orang
lain. Dari sini kita akan belajar untuk tidak jatuh pada lubang yang sama.
Namun sesungguhnya, tidak ada yang salah ketika diri ini memiliki sebuah
perasaan, keinginan, atau harapan. Apalagi perasaan terhadap seseorang. Aku
sempat bertanya-tanya sendiri, mengapa perasaan yang ku punya seperti ini dan
seperti itu, mengapa terkadang perasaanku menyakiti diriku sendiri, mengapa
perasaan yang ku punya berangsur lama hanya untuk satu ingatan yang sama,
mengapa terkadang hati ini keras, mengapa terkadang terasa berlebihan, dan
mengapa mengapa yang lain. Ketika kita sudah belajar untuk bisa mengakui
kesalahan dan berani meminta maaf, maka kita juga harus belajar tentang
memaafkan. Jadi, aku meminta maaf dan memaafkan diriku sendiri, yang pernah
merasa sesuatu dalam diri ini bekerja tidak benar, terutama mengenai perasaan.
Rasa cinta itu fitrah, namun rasa benci dan keburukan lainnya siapa yang
mengundang?
Kita
harus bisa mengendalikan semuanya dengan takaran yang pas. Aku sering
mengevaluasi diri, tapi apa daya tak bisa lepas dari sifat manusiawi. Yang aku
tahu kini, semestinya kita belajar kuat untuk ‘hidup’ dalam keadaan apapun,
apalagi jika sudah melewati banyak kejadian manis dan pahit. Itu semua bekal
untuk masa yang akan datang. Diri sendiri adalah kunci untuk perubahan,
kekuatan murni untuk bisa melanjutkan hidup yang lebih baik. Perjalanan hidup
sejauh ini telah mengajarkanku bahwa kita tidak boleh berhenti di satu titik.
Banyak hal yang harus dilakukan dan diperbaiki. Kita harus menjangkau
orang-orang di sekitar. Ada banyak kemungkinan di luar sana. Kita harus ‘hidup’
dengan hati yang damai, meski kehidupan tidak selalu memberikan kita kedamaian. Sebuah buku menyampaikan kalimat menyentuh yang sampai sekarang tertanam
dalam pikiranku, bukan hanya itu namun terasa nyata dalam hati. Intinya,
satu-satunya jalan keluar dari sebuah labirin penderitaan adalah ‘memaafkan’. Karena terkadang kita merasa insecure atas
kesalahan yang pernah kita buat atau lebih seringnya kesalahan orang lain
terhadap kita. Maaf dan memaafkan menurutku satu kesatuan yang membutuhkan
kekuatan, karena terkadang melakukannya begitu berat bagi beberapa orang. Maaf
dan memaafkan membutuhkan hati yang tulus nan lapang. Bagimu yang pernah merasa
tersakiti oleh ku, entah aku sadar atau tidak, aku minta maaf.
Lalu
TERIMA KASIH, untukmu yang mengisi cerita hidupku. Terima kasih karena selalu
ada dalam keadaan suka maupun duka. Terima kasih karena telah menerima diri ini
apa adanya. Terima kasih selalu menguatkan. Terima kasih atas segala perhatian
dan kepedulian, atas perjuangan dan pengorbanan. Terima kasih telah menghibur, membagikan canda dan tawa. Terima
kasih untuk banyaknya lembar berwarna. Terima kasih telah hadir dalam hidup
ini, kau menetap dalam memori. Bukan hanya untuk kamu yang memberikan banyak
bahagia, namun terima kasih juga untuk kamu yang pernah menghadirkan luka.
Siapapun itu yang pernah memandangku sebelah mata, yang mencaci maki tanpa coba
untuk mengerti, yang tidak menghargai meski selalu ku hargai, yang membenci
tanpa sebab pasti, dan yang lainnya. Inilah sifat manusiawi. Setiap orang memiliki sudut pandangnya
sendiri, hanya yang melihat dari hati yang mau mencoba untuk memahami. Tak apa.
Terima kasih telah membuatku seperti aku yang sekarang. Terima kasih telah
membuatku menjadi kuat. Terima kasih telah mendorongku untuk tak patah arang.
Terima kasih karena telah memberikanku banyak pelajaran. Terima kasih karena
memintaku untuk berpikir lebih dewasa lagi. Terima kasih semuanya. Sungguh, ini
semua amat berarti untuk diriku, untuk hidupku, untuk menjadi pribadi yang
lebih baik lagi. Terima kasih banyak, hingga aku tidak memandang kehidupan ini
sebagai sesuatu yang monoton. Terima kasih telah berbagi begitu banyak hal.
Ini
untuk siapa pun yang pernah mengenal sosok ku. Maaf, karena tidak ada yang
sempurna di dunia ini. Maka dari itu, aku pun memaafkan mereka yang pernah menggoreskan
luka. Terima kasih untuk semuanya. Aku ingin menjalani hidup yang lebih baik
dari waktu ke waktu, dan itu bisa terwujud jika aku mau untuk selalu bertransformasi,
berteman dengan setiap keadaan, mencintai diri sendiri tanpa harus egois, tetap
memikirkan dampak apa yang akan diterima orang lain jika kita melakukan sesuatu.
Hidup ini indah, tapi... tidak selalu mudah. Mungkin kita merasa bahwa
kehidupan terkadang memihak, tak adil dan begitu menjatuhkan, kembali lagi
bahwa kunci untuk mengatasinya adalah bagaimana diri ini mengatur kendali. Kunci untuk sembuh dari jatuh adalah bangkit.
Kehidupan
tidak pernah lelah untuk menyuguhkan kejutan. Kita hanya perlu berharap untuk
kemungkinan terbaik dan bersiap untuk kemungkinan terburuk. Terkadang harapan
adalah satu-satunya kekuatan untuk melawan rasa takut, ya, takut akan sesuatu
yang tidak pasti di depan sana, namun harapan harus tetap diiringi dengan usaha
dan doa. Semakin bertambah usia, aku pun semakin belajar bahwa berharap boleh,
tapi gantungkan setinggi-tingginya hanya kepada Tuhan. Toh, sederhananya kita
tinggal menjalankan skenario yang sudah dibuat Tuhan sejak sebelum kita lahir ke
dunia. Jika apa yang kita dapat tidak sesuai dengan harapan, di sinilah kita
akan belajar betul arti kesabaran dan keikhlasan. To
tell you the truth, it’s not as easy as it’s said for me. Tapi yakin saja,
Allah mencintai proses. Setiap kesabaran pasti akan berbuah manis. Kini ku
serahkan perasaan, isi hati, harapan, dan lainnya hanya pada Allah saja. Aku
sempat tersandung tapi aku harus tetap berjalan, berjalan kembali ke satu-satunya
tempat pengharapan. Sepertinya benar apa kata Ali bin Abi Thalib, ‘aku
sudah pernah merasakan semua kepahitan dalam hidup dan yang paling pahit ialah
berharap kepada manusia.’ Maka, beri saja 1 namun dengan pengharapan 0, maka
hasilnya akan tidak terhingga. Dia tahu yang kita butuhkan.
Kehidupan
akan terus berlanjut membawa masa lalu kita. Sudah tidak bisa dipisahkan,
kebaikan dan keburukan yang kita lakukan di masa lampau akan menyeret memorinya
sampai ke masa dimana kita berada sekarang. Maka terus lakukan yang menurutmu
baik, tak apa jika apa yang kamu lakukan atau usahakan tidak dihargai dan
dilupakan begitu saja. Mungkin ada perasaan sakit dan kecewa, but belive that nothing to lose if you have
tried your best. Tidak ada yang percuma. Suatu hari kebaikan itu akan
berputar kembali pada kita. Jadilah versi terbaik untuk diri sendiri. Akan
selalu ada orang lain yang lebih pintar, lebih muda, lebih cantik atau lebih
tampan, lebih kaya, dan lebih segalanya darimu, namun mereka tidak akan pernah
menjadi ‘kamu’. Paras rupawan bisa memudar, harta bisa diambil, tapi tidak akan
pernah ada yang bisa menggantikanmu, benar-benar dirimu. Perangaimu, kekuatan dan
kelemahanmu, pemikiranmu, harapan, mimpi, senyuman, kebaikan hatimu, dan
tentunya kenangan serta pengalaman yang kamu buat dengan orang-orang yang
pernah kamu isi hidupnya dengan kehadiranmu. Intinya hanya tentang MAAF &
TERIMA KASIH, tapi aku berbicara terlalu lebar tentang kehidupan yang ku pandang nampaknya
hehe, sorry I can not control, and thank
you for reading this post.
Aku
harap selalu ada kesempatan untuk meminta maaf
sebelum terlambat, kekuatan untuk selalu memaafkan, dan rasa terima
kasih atau yang lebih tepatnya adalah rasa syukur untuk semua kejadian dalam
hidup ini.
28 Ramadan, 1438 H
Putri yang kamu kenal.
Komentar
Posting Komentar