Kisah Seorang Putri

Seorang putri belia menambatkan hatinya pada seorang pangeran yang tangguh. Sang pangeran telah mencuri hatinya dengan sempurna. Mereka saling jatuh cinta dan berangan untuk bisa hidup bersama. Mereka ingin membangun istana megah di akhir perjalanan cintanya. Setengah windu mereka beriringan melalui jalan yang berliku, akhirnya mereka harus menerima kenyataan pahit. Benar kata syair lagu yang pernah mereka nikmati, bahwa ada banyak bentuk cinta namun tak semuanya bisa bersatu. Mengapa?

***

Putri dan pangeran saling mencintai satu sama lain. Mereka ingin terus bersama selamanya. Kerajaan pun telah sepakat. Raja dan ratu bisa melihat mata putri berbinar tiap kali berbicara soal pangeran, begitu pula sebaliknya. Cahaya di matanya menunjukkan ada cinta yang dalam. Mereka tahu apa yang putrinya inginkan. Mereka tahu siapa yang duduk di singgasana hati putrinya. Namun penyerahan tahta tak semudah itu, meski keyakinan sang putri semakin kuat setiap harinya. Hingga suatu hari pangeran mencampakkan cintanya, keyakinan itu mulai runtuh. Ini bukan yang pertama. Dalam kurun waktu setengah windu itu telah banyak kejadian yang mereka lewati. Ada hitungan kekecewaan yang putri alami sebab ketidakjujuran pangeran dan kesalahan-kesalahan lainnya yang masih bisa dimaklumi. Hal itu tidak menggoyahkan cintanya terhadap pangeran. Pangeran pun dengan berani mengakui kesalahannya dan berubah menjadi ksatria yang lebih baik. Memaafkan adalah bagian dari cinta. Sang putri sudah terlatih akan hal itu. Cinta sejati selalu menemukan jalannya dan tahu kemana ia harus kembali. Sang pangeran sudah paham akan hal itu. Ya, namun keyakinan mulai runtuh. 

Berbeda dengan yang sebelumnya. Kali ini sang putri tak bisa membendung kekecewaannya. Pangeran bertemu dengan putri dari kerajaan lain yang bisa memberikan apa-apa yang tak bisa ia berikan. Pangeran benar-benar pergi, tak kembali. Saat itu putri bersusah payah untuk menerima dengan lapang dada kepergian orang terkasihnya. Ia tetap mencoba untuk menegakkan kepalanya agar mahkotanya tak terjatuh meski harapan-harapannya sudah sangat jatuh. Namun selama itu hatinya masih menerka-nerka dan sangat peduli tentang keadaan pangeran, terlebih tentang perasaan pangeran kepadanya. Sang putri masih tidak percaya jika kisahnya benar-benar sudah berakhir. Diantara reruntuhan keyakinannya, masih ada permukaan yang kuat, yakni keyakinan bahwa pangeran masih ingin bersamanya dan menggenggam harapan yang sama sepertinya.

Beberapa bulan kemudian, surat dilayangkan dari negeri yang ia kenal. Undangan pertemuan dari sang pangeran yang menghilang. Dengan harapan yang masih tersisa, sang putri menerima undangan tersebut. Mereka bertemu di suatu tempat yang menjadi saksi perpisahan mereka. Pangeran menjelaskan apa yang tak sempat dijelaskan, apa yang seharusnya dijelaskan, alasan mengapa ia harus menghilang dan memilih hidup bersama putri dari kerajaan lain. Bukan, bukan karena cinta yang lebih dalam padanya, namun karena suatu permasalahan yang begitu rumit yang selama ini disembunyikan dari sang putri karena ini menyangkut kerajaan sang pangeran. Sang putri tak bisa apa-apa, begitu pula pangeran. Sesungguhnya mereka masih saling mencintai dan masih ingin hidup bersama, namun tak bisa. Mereka hanya berbohong pada hati mereka sendiri, berpura-pura berteman dengan kenyataan bahwa mereka bisa lebih baik tanpa bersama, nyatanya tidak. Hari itu semua terungkap, mengapa pangeran harus pergi dan membiarkan putri terbelenggu. Hari itu semua terungkap, membuat putri pun harus pergi dengan rela. Hari itu putri menemukan kesedihan baru yang lebih mendalam. Baginya, kesedihan itu bukan ketika dicampakkan atau dibohongi lagi, namun ketika dua hati tahu ingin bersama hanya saja tak bisa. Tak bisa.

Putri tahu hidup pangeran kala itu dipenuhi beban. Putri dari kerajaan lain rupanya hanya ingin merebut tahta pangeran. Pangeran tertipu. Terbakar api yang ia nyalakan sendiri. Mengorbankan perasaan yang mereka tumbuhkan selama kurang lebih empat tahun. Ketika sang putri mulai membiasakan diri untuk sendiri dan merelakan pangeran untuk menjalani pilihan hidupnya, pangeran kembali. Sudah terlalu jauh, pikir sang putri. Sudah semakin sulit. Sulit artinya tak bisa. Semenjak pertemuan itu ia menyembunyikan sesuatu, memendam masalah besar yang tak bisa ia bagi pada siapa pun bahkan pada sang raja, ayahnya. Padahal sekecil apapun masalahnya ia selalu memberi celah pada sang raja untuk mengetahuinya hingga sang raja masuk ke dalam permasalahan dan membantunya untuk keluar. Berbeda, permasalahan kali ini jelas berbeda. Jika raja tahu, dampaknya akan menjalar ke seluruh istana. Putri tahu semuanya akan benar-benar hancur. Maka sebelum itu, ia membentengi hatinya agar lebih kokoh dan benar-benar kuat menerima kenyataan yang ia hadapi. Meski ia harus melamun sepanjang hari dan menangis sepanjang malam pada awalnya. Sekitar setengah tahun putri melalui jatuh bangun untuk mempertahankan hubungannya bersama pangeran sebelum akhirnya benar-benar memutuskan untuk pergi. Ya, pada akhirnya putri yang mundur. Hidup harus berlanjut, dan ia harus membuat pilihan yang sangat berat.

Pangeran mengalami apa yang putri alami setengah tahun terakhir. Penerimaan kenyataan yang berat.  Melihat putri memilih jalan hidup tanpanya, seperti dulu ia memilih jalan hidup tanpa putri. Kesedihan, amarah, bahkan rasa benci yang tiba-tiba kemudian muncul. Sempat ada permainan sudut pandang akan fakta-fakta yang ada. Sang putri dianggap tak bersedia memperbaiki apa yang sudah terjadi karena alasan memang ingin pergi meninggalkan pangeran untuk selamanya demi hal lain. Faktanya, putri pergi karena pangeran pergi, lebih dulu. Faktanya, ia bisa lebih sabar dan mempertahankan segalanya jika keadaan tak sepelik itu. Ia pernah hancur sehancur-hancurnya, dan kini? Pangeran tak bisa menerima itu, seolah putri sengaja memberikan balasan atas apa yang pangeran pernah lakukan padanya. Faktanya, tidak. Setelah itu pangeran menghilang, benar-benar menghilang. Ia pergi dibalut kecewa dan mungkin rasa benci. Putri tak mengerti rasa benci itu karena apa. Pertemuan yang indah sebaiknya tak berakhir seperti ini. Tapi sekali lagi, hidup harus berlanjut. Air mata putri diketahui sang raja. Raja mengatakan bahwa jutaan orang di luar sana pernah mengalami apa yang ia alami, atau bahkan lebih berat. Permasalahan hidup ini bukan kejadian satu-satunya di dunia. Pernah terjadi dan mungkin masih akan terjadi, entah menimpa siapa. 

***

Musim berganti. Tak ada surat-surat yang dilayangkan lagi. Putri pikir semua tak pernah berakhir, tapi ini kehidupan real yang alurnya tak terduga. Ia yakin waktu akan menyembuhkan semuanya, meski ia berkata pada dirinya sendiri bahwa ini akan menyita waktu yang cukup lama. Ia butuh pulih. Ia membersihkan hati dan pikirannya dari kekalutan yang pernah menetap disana. Pada akhirnya, meskipun menorehkan bekas luka yang tak bisa dihapus, ia mulai menerima. Ia tahu hal ini tak akan bisa dilupakan sepenuhnya, akan ada jejaknya seumur hidup meskipun hanya sedikit. Tak ada penyesalan, karena memang tak diperbolehkan. Tak ada terkaan dan harapan, karena keadaan telah berbeda. Yang terpenting adalah berdamai. Berdamai dengan diri sendiri, dengan orang-orang yang terlibat dalam masalah tersebut, dan yang terpenting dengan keadaan. Apa kabar pangeran? Masihkah kebencian menyelimutimu? Putri tak akan membalas rasa yang menyakitkan itu. Putri berharap mereka selalu bahagia baik nantinya bersama maupun tidak. Putri hanya ingin yang terbaik, dan apa yang dilakukannya kini hanya untuk kesejahteraan raja ratu, istana, dan hal-hal lain yang ia fokuskan. Putri tak melupakan pangeran, hanya saja berpindah ke negeri yang mungkin lebih jauh, untuk menanggalkan apa yang tak bisa dilakukan lagi di negeri yang sebelumnya. Kini putri melangkah, membiarkan semesta mengatur pertunjukan dalam hidupnya. Bahkan puisi dengan majas menyedihkan sekali pun kini tak bisa menyentuh rasa sakit hatinya lagi. Air matanya sudah mengering sekali pun saat teringat betul kejadian di masa silam. Memories stay, struggles stop, and life goes on.




PR, 26 Mei 2016.


Komentar

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

Monolog Harapan dan Kenyataan

Lirik Lagu 'The Rain' Oh Wonder dan Terjemahannya dalam Bahasa Indonesia

Melodi dan Ingatan Pengantar Tidur