Dari HUJAN
28 Januari 2016 lalu, penulis ternama Tere Liye menerbitkan novel terbarunya yang berjudul "Hujan". Novel tersebut menyita perhatian publik khususnya pembaca setia karya Tere Liye, termasuk aku. Tidak ada sinopsis yang memberikan gambaran akan jalan cerita di balik bukunya, hanya ada frasa 'Tentang Persahabatan', 'Tentang Cinta', 'Tentang Perpisahan', 'Tentang Hujan', dan 'Tentang Melupakan.' Aku selesai membaca novel ini tadi siang, dibanjiri air mata. Sungguh :') Faktanya, dari pertengahan cerita hingga akhir, hujan bahkan tidak terjadi. Jalan ceritanya tidak terduga.
Aku pikir novel ini menceritakan tentang drama percintaan yang diangkat dari kehidupan nyata seperti biasanya, realistis. Satu diantara cerita cinta yang sudah banyak kita jumpai, namun dirangkai secara apik sehingga memiliki versi sendiri yang bisa membuat pembacanya terkesan. Ternyata aku salah. Novel ini lebih dari itu. Tere Liye selalu berhasil menyentuh hati sekaligus memainkan imajinasi kita. Cinta, persahabatan, science, nilai kemanusiaan, bahkan isu-isu dunia bergabung, disampaikan melalui novel ini. Sekali lagi, Tere Liye selalu berhasil menyentuh hati sekaligus memainkan imajinasi. Aku mengagumi dan mengapresiasi karyanya karena disana selalu terdapat unsur didaktik. Karyanya adalah media untuk menyampaikan banyak hal yang tentunya positif. Aku ingin berbagi apa yang aku dapat dari novel 'Hujan' ini. Mungkin bisa merefleksikan hal yang pernah kita alami.
Kutipan di bawah ini tidak berurutan sesuai jalan cerita novel. Aku rangkai ulang karena nampaknya cukup menampar. Jika di kota ini ada mesin modifikasi ingatan yang bisa menghapus memori menyakitkan seperti dalam novel, aku juga ingin menghapus benang merah pada saraf otakku, melupakan hal-hal menyakitkan dalam hidup. Tapi rasanya tidak perlu, jika kita tidak mengalami hal menyedihkan atau menyakitkan, bagaimana kita tahu rasanya bangkit dan mengambil pelajaran dari sebuah kehidupan? Maka langkah yang diambil oleh tokoh utama novel ini sudah tepat, ku rasa. Dia tidak menghapus kenangan menyakitkan dalam hidupnya, melainkan memutuskan untuk memeluk erat semua kenangan itu.
---
"Tak Pelak lagi, orang yang sedang jatuh cinta akan merasa bahagia dan sakit pada waktu bersamaan. merasa yakin dan ragu dalam satu hela napas. Merasa senang sekaligus cemas menunggu hari esok.
Karena, ada orang-orang yang kemungkinan sebaiknya cukup menetap dalam hati kita saja, tapi tidak bisa tinggal dalam hidup kita. Maka, biarlah begitu adanya, biar menetap di hati, diterima dengan lapang. Toh dunia ini selalu ada misteri yang tidak bisa dijelaskan. Menerimanya dengan baik justru membawa kedamaian.
Lebih baik mendengar kebenaran meski itu amat menyakitkan daripada mendengar kebohongan meski itu amat menyenangkan.
Biarkan saja, kenangan itu sama seperti hujan. Ketika dia datang, kita tidak bisa menghentikannya. Bagaimana kita akan menghentikan tetes air yang turun dari langit? Hanya bisa ditunggu, hingga selesai dengan sendirinya.
Semua akan kalah oleh waktu. Hanya orang-orang kuatlah yang bisa melepaskan sesuatu, orang-orang yang berhasil menaklukkan diri sendiri. Meski terasa sakit, menangis, marah-marah, tapi pada akhirnya bisa tulus melepaskan, maka dia telah berhasil menaklukkan diri sendiri.
Tetapi sesungguhnya, bukan melupakan yang jadi masalahnya. Tapi menerima. Barangsiapa yang bisa menerima, maka dia akan bisa melupakan. Tapi jika dia tidak bisa menerima, dia tidak akan pernah bisa melupakan.
Lagi pula, bukannya bagian terbaik dari jatuh cinta adalah perasaan itu sendiri? Kamu pernah merasakan rasa sukanya, sesuatu yang sulit dilukiskan kuas sang pelukis, sulit disulam menjadi puisi oleh pujangga, tidak bisa dijelaskan oleh mesin paling canggih sekalipun. Bagian terbaik dari jatuh cinta bukan tentang memiliki. Jadi, kenapa kamu sakit hati setelahnya? Kecewa? Benci? Cemburu? Jangan-jangan karena kamu tidak pernah paham betapa indahnya jatuh cinta.
Bukan seberapa lama umat manusia bisa bertahan hidup sebagai ukuran kebahagiaan, tapi seberapa besar kemampuan mereka memeluk erat-erat semua hal menyakitkan yang mereka alami."
---
Biarkan rasa, kenangan, dan sukacita atas cinta turun deras ke hatimu, bagai hujan. Ada waktu dimana semua itu akan reda. Kita bukan penentu garis kehidupan. Menerima apa yang terjadi pada kita adalah kunci untuk bertahan. Sebab kita juga harus yakin, pelangi ada setelah hujan reda. Masa depan akan selalu menjadi rahasia, berikan yang terbaik untuknya. Masa lalu bukan tempat untuk berpaku, rangkul sebagai pelajaran untuk memperoleh kedamaian.
6 Februari '16
PR
iya banget. mima pas baca juga sempet pesimis gitu, tapi ternyata banyak yang di luar dugaan. keren!
BalasHapus