We Are In The Same Earth, Same Love.
WE ARE IN THE SAME EARTH, SAME LOVE
Awan
“Aku awan. Di atas langit biru. Jauh darimu. Garis
bumi memisahkan kita, menahanku. Kita tak pernah bersentuhan. Namun dari sekian banyak bunga yang
bermekaran di bawahku, mataku melihat bahwa kau yang terindah. Membuatku betah
menaungimu hingga angin pun tak bisa
memindahkanku. Ingin ku mendekat namun tak kuasa, batasan itu membuatku ragu
untuk berani. Aku tak bisa mencium kelopakmu atau memeluk dedaunanmu. Namun
percayalah, aku tetap tinggal di atasmu. Saat kau kering, ku biarkan sang
kelabu menutup raga ini, ku teteskan air mataku untuk menyegarkanmu kembali.
Ya, lewat hujan aku berbicara. Saat kau layu, ku ajak pelangi untuk membuatmu
tegak kembali menatap warna-warni dunia dan agar kau berhenti merunduk. Kau
terlalu cantik untuk bersedih. Ya, lewat
pelangi aku berbicara. Tak bosan pula ku temui mentari agar selalu menyinarimu,
membuat hari-harimu bersinar, cerah. Ya, lewat mentari pula aku berbicara. Dari
atas ku perhatikanmu, Bunga. Aku selalu disini. Masih di bumi yang kau tempati.
Suatu hari nanti, jika memang ada waktu yang tepat, akan ku turunkan tubuhku,
mendekatimu dengan berani, membawakan cinta dan kebahagiaan.”
Bunga
“Aku Bunga. Di bawah hamparan hijau. Jauh darimu.
Garis bumi memisahkan kita, menahanku. Kita tak pernah bersentuhan. Namun dari
sekian banyak gumpalan awan yang hilir mudik di atasku, mataku melihat bahwa
kau yang terindah. Membuatku betah di naunganmu hingga rumput jahat pun tak bisa
menghalangiku. Ingin ku mendekat namun tak kuasa, batasan itu membuatku ragu
untuk berani. Aku tak bisa memeluk putihmu yang terlihat lembut. Namun
percayalah, aku tetap setia di bawahmu. Saat kau menitikan air hujan atau
meneteskan air matamu, ku ajak teman-teman menari untukmu, kau harus tahu kami
senang kau sirami. Aku sangat berterimakasih atas hal ini. Ya, lewat tarian
bunga aku berbicara. Saat langit tak begitu biru dan angin kencang mencoba
meniupmu, aku mohon pada rerumputan agar terus menghijau terang, segar,
menyilaukan langit, supaya hari-harimu tetap cerah, meskipun kilaunya tak
seperti yang diberikan mentari. Ya, lewat rerumputan pula aku berbicara. Dari
bawah ku perhatikanmu, Awan. Aku selalu disini. Masih di bumi yang kau tempati.
Suatu hari nanti, jika memang ada waktu yang tepat, akan ku tinggikan
tangkaiku, mendekatimu dengan berani, membawakan cinta dan kebahagiaan.”
---
Dear you,
Kisah
awan dan bunga ini seperti kisah kita. Terlintaskah olehmu bahwa garis-garis
bumi itu adalah persahabatan kita? Garis yang membuatku ragu, tak mampu untuk
mengungkapkan sesuatu. Mereka ada dalam satu bumi yang sama, bertemu namun tak
bersentuhan. Seperti kita yang sudah ada dalam persahabatan ini, melakukan
banyak hal bersama, saling berbagi, namun tak bisa lebih. Hanya itu. Kau lihat
sendiri bagaimana Awan dan Bunga saling berupaya memberi kebahagiaan, meskipun
kadang harus menyakiti dirinya sendiri. Tapi mereka tak saling tahu. Jarak
sesungguhnya tak membatasi mereka untuk mengubur cinta yang ingin mereka
sampaikan. Banyak cara yang mereka lakukan, mereka saling memperhatikan. Dan
andai kau lihat aku pun disini melakukan banyak cara agar cinta ini
tersampaikan padamu secara tidak langsung, meski hanya lewat perhatianku. Namun
ku harap kau merasakannya. Sesungguhnya rasa yang terpendam ini tak membatasi
kita untuk ikut memendam cinta yang ingin kita sampaikan. Terkadang senyumku
melebar dalam keheningan saat ku rasa dan mulai menyadari bahwa disana kau
melakukan hal yang sama. Terima kasih, kamu. Seseorang yang terindah di antara
yang terindah, yang ku lihat dengan hati, bukan hanya mata. Aku selalu disini.
Masih dalam persahabatan yang kita jalani. Suatu hari nanti, jika memang ada
waktu yang tepat, akan ku sampaikan dengan berani, membawakan cinta dan
kebahagiaan. Untukmu.
4
Agustus 2014, Putri Rahayu
Inikah hidup penuh kisah di balik tulisan, kata, dan ucapan :D
BalasHapusBagus banget put. Supri suka pokoknya. :D