I Do Not Know. Him?
Cinta. Dengan usia segini (19), terlalu muda atau sudah waktunya? Waktunya untuk membahas tentang cinta tanpa kaku bahkan memikirkan tentang cinta sejati, atau... harusnya lebih dewasa tanpa peduli dengan basa basi cinta karena yakin cinta akan datang pada waktunya? Fokus pada study atau karir yang sedang dijalani, serta pada target-target hidup yang ingin dicapai.
Tapi jujur saja, 19 tahun hidup di dunia rasanya tidak mungkin kalau belum mengenal istilah cinta. Dalam postingan ini mungkin cinta yang dibicarakan akan keluar dari garis cinta hakiki pada Tuhan, cinta kasih pada kedua orang tua, keluarga, sahabat, atau sejenisnya, melainkan tentang cinta yang dijadikan salah satu bab favorit dalam kehidupan remaja. Iya, cinta pada 'dia'. Dia siapa?
Dia. Dia yang hadir dalam hidup kita pun bukan tanpa sengaja Tuhan pertemukan dengan kita. Dia, menjadi salah satu pelengkap hidup yang memberikan banyak cerita baru. Sadar atau tidak sebenarnya dia memberikan peranan penting dalam pendewasaan diri kita, dalam banyak hal. Dia memberikan banyak pelajaran untuk kita, melalui cerita cinta. 'Dia' untuk setiap orang tidak sama. Setiap orang mempunyai 'dia'nya masing-masing, dengan sosok, sikap, dan perangai yang berbeda. Namun memang terkadang ada beberapa orang yang mempunyai 'dia' yang sama. Artinya ada beberapa hati yang menyukai satu hati yang sama. Kalau sudah begini haruskah ada persaingan untuk mendapatkan satu hati itu? Entah, aku tidak akan membahas persoalan itu. Aku hanya ingin mencurahkan tentang dia yang aku tidak tahu kenapa sosoknya begitu melekat disini, di setiap hariku. Mungkinkah kita mempunyai sosok dia yang sama?
---
Kembali ke paragraf awal. Apa pilihanmu? Coba hitung tahun ini kamu sudah berapa tahun hidup di dunia? Kalau belum melewati angka 20, aku rasa sangat amat wajar bahkan pasti dan memang manusiawi kalau kita sempat menjadi anak yang labil, sehingga kita menyukai, mencintai, menggilai, dan menggantungkan harapan tinggi pada seseorang. Pada dia yang entah mengapa rasanya memang muncul pada dia. Right? :) malah yang usianya di atas 20 tahun pun masih kebingungan kalau sudah menyangkut urusan cinta. Aku pun bukan orang yang expert dalam hal ini. Bukan orang yang bisa mengendalikan perasaan secara hebat. Aku disini hanya ingin cerita. Aku tidak tahu apa yang aku rasakan dan lalui selama ini benar cinta, atau... apa maknanya?
Intro yang cukup panjang.
Aku menorehkan kata-kata di atas pun karena dia. Karena dia yang menjadi ide utama mengapa aku membuat tulisan ini. Padahal baru sebentar aku mengenalnya. Tiga tahun saja. Namun dalam kurun waktu yang tak lama itu banyak episode baru yang terjadi antara aku dan dia. Tiga tahun saja. Namun tak kuasa jika aku harus menceritakan semua kejadian yang pernah kami lewati sejak awal berjumpa. Panjang sekali, banyak sekali, sungguh seperti itu untukku, entah untuknya. Sebagian besar moment aku ingat dengan baik, entah olehnya. Aku tak peduli, tapi dia tau aku peduli kalau soal moment-moment itu.
Rasa ini belum habis. Kata dia, dia mengalami hal yang sama. Sungguh? Aku tidak tahu. Semoga saja. Iya, semoga. Karena, rasa ini belum habis. Aku rasa ini masalah hati. Hati begitu banyak bicara sehingga kadang pikiran atau logika ku mengalah. Tapi sekali lagi si pikiran itu sendiri yang membenarkan si hati. Selalu ada jalan kembali menuju hatinya tanpa ku buatkan peta. Aku tidak tahu ternyata hal yang sama terjadi padanya. Pada dirinya yang mungkin untuk saat ini terlalu dini kalau aku katakan hatinya adalah rumah tempat hatiku pulang atau pelabuhan tempat hatiku berlabuh. Aku dan dia memerlukan tiga tahun lainnya bahkan lebih untuk pada akhirnya mengklaim hal itu. Untuk pada akhirnya kami baru boleh dan pasti membicarakan tentang cinta sejati. Namun, kau yang membaca tulisan ini boleh membayangkan betapa sulit diungkapkannya perasaan yang aku miliki untuknya selama tiga tahun ini.
Dia. Iya, hanya dia. Bukan, bukan hanya dia yang hadir. Tapi dia, iya hanya dia yang bertahan. Membuatku seperti ini, mempunyai perasaan seperti ini, mengalami banyak cerita seperti ini, belajar hal-hal seperti ini, memikirkan dan merindukannya seperti malam ini hingga pelampiasannya adalah tulisan ini. Lebay kalau kata dia, hehe tapi tak mengapa, dia tau aku begini karena dia. Dia tau aku begitu peduli. Iya kan?(untuk dia yang aku maksud). Bayangkan begitu derasnya arus yang dia kirim untukku hingga aku hanyut mengikuti arusnya bahkan tak jarang aku menghilang dari permukaan, aku tenggelam tak bisa bernapas. Ini kiasan, kau yang membaca pasti paham.
Dia manusia biasa, tak ku pandang rupa dan hartanya. Malah tingkah dan wataknya ada yang tak menyatu denganku. Dia bukan yang terbaik, benar di luar sana begitu banyak orang-orang yang jauh lebih baik, benar jika saja aku mau membenarkannya, sayangnya tidak. Terserah kau mau menyalahkan ego atau logikaku yang saat menulis ini mungkin berhenti sejenak, tapi faktanya tidak. Dia baik, baik sekali. Namun seperti kalimat pertama paragraf ini, dia manusia biasa. Aku tahu dia mempunyai kekurangan, ada sisi buruk di samping sisi baiknya. Aku tahu dia tidak sempurna, tapi aku tahu dia berbeda. Bukan beda namanya kalau dia bisa sampai membawa dampak seperti ini padaku, buktinya yang lain tidak.
Masih ada waktu 30 menit sebelum hari ini berubah menjadi besok. Aku belum bisa tidur, bukan karena sengaja berkeliaran di blog, hanya saja aku memang belum ingin tidur. Tapi dia disana sepertinya sedang tertidur lelap. Tentu, karena sebelumnya dia bilang dia ingin tidur, sudah ku ucapkan 'Have a nice dream', dan semoga dia memang sedang bermimpi indah. Sudah cukup jauh kami berjalan, melewati hitam putih tiga tahun bagian dari usia kami bersama. Bahkan harusnya perasaan berbunga-bunga ini sudah tidak ada lagi jika aku tak pulang. Entah siapa yang menjemput, kami hanya bertemu di persimpangan jalan tanpa banyak kata, tanpa harus mencari-cari alasan untuk kembali, tanpa takut akan tersesat, mungkinkah memang 'cinta' yang menuntun kami untuk terus menyimpan rasa dan kembali lagi, lagi, dan lagi?
Aku berani mengabaikan rasa pahit, luka, dan kesakitan. Dengannya semua kembali seperti semula walaupun sulit. Gila memang. Maka dari itu harusnya perasaan berbunga-bunga ini sudah tidak ada lagi. Tapi aku tidak tahu mengapa rasa ini belum habis. Kau tahu inti tulisan ini hanya itu. Begitupun dia yang bertahan lama pada hatiku namun sempat bernavigasi kesana kemari mencari ruang baru hingga akhirnya dia pun berani mengenal luka, kesakitan, dan penyesalan.
Dia manusia biasa yang hebat. Aku kehabisan kata-kata. Dia ajak dan temani aku berjalan kemudian berlari, tertawa kemudian menangis, jatuh kemudian bangkit, jatuh lagi kemudian bangkit lagi. Kau tahu jalan yang aku lewati untuk bersamanya itu naik turun belok belok bergejolak bergerigi lurus belok lagi mulus bertemu jurang hancur bagus kembali aaaaah lelah, tapi tak henti mengajarkanku untuk menjadi pribadi yang ikhlas. Tidak ada dia yang lain yang mampu membuatku seperti ini, yang memberikanku cerita serumit namun seindah ini. Begitu banyak ujiannya, begitu banyak kenangannya. Cerita baru mencoba mengetuk hati silih berganti, terkadang rasa ingin membalas untuk bergantian bernavigasi lewat bagai kilat namun belum pernah ku gubris secara hebat sama sekali. Karena orang hebat yang aku sebut 'dia' itu. Aku tidak tahu mengapa begini, mengapa dia?
Orang tua dulu bilang percuma memberi nasihat pada orang yang sedang jatuh cinta, pasti tak kan dihiraukan. Mungkin hal itu yang akan muncul dalam benak kalian setelah membaca tulisan ini. Pasti diantara kalian ada yang berpikir aku begitu mencintai dia dan sedang memuja-muja sosoknya sehingga percuma kalau diantara kalian ada yang berkomentar, sekalipun mengingatkan 'Put, kamu tidak boleh terlalu seperti ini. Rasa sayang yang terlalu dalam bisa membuatmu jatuh.', ya aku tahu apalagi aku memang sempat terjatuh. Tapi disini aku ingin katakan bahwa ini bukan tentang kegilaan mencintai seseorang atau kasarnya mungkin tak bisa berpaling dari seseorang. Ini hanya tentang kata hati dan alur cerita yang tanpa dipaksa kembali lagi kembali lagi ke arus yang sama. Aku tidak tahu, sudah ku katakan di paragraf-paragraf sebelumnya. Lagipula bukan hanya satu, tapi disini ada dua hati yang memang selalu menemukan jalannya sendiri.
Dia memberiku kenyamanan lengkap dengan rasa takut kehilangan, maaf. Begitu adanya. Dengan rasa yang belum habis ini ditambah beberapa orang yang ternyata mempunyai 'dia' yang sama denganku... Kau bisa bayangkan sendiri. Cambuk cemburu, ketakukan, dan kawan-kawannya kadang berhasil menghantui. Namun, silahkan lihat postinganku sebelumnya. If I'm not the one... I've told to you, to him, that he is awesome. He is great! He is not perfect but he is different.
Aku harap semua baik-baik saja. Aku harap selalu ada jalan dan arus itu (lagi). Namun jika harapan itu memudar di tengah jalan atau sebelum aku merasakan arus derasnya, mungkin saat itu aku sudah tahu apa yang terbaik untuk kami. Dan judul tulisan selanjutnya mungkin bukan "I Do Not Know". Masih banyak yang akan kami pelajari dengan rasa yang kami biarkan mengalir apa adanya ini. Maaf, maaf aku tidak tahu bagaimana mengendalikannya. Maaf atas rasa yang pernah dan masih ada untuknya. Mungkin akan ada juga seterusnya? Aku tidak tahu. Terima kasih untuk dia yang... sulit ku ungkapkan.
Tak terasa hari sudah berganti. Cukup lama aku merangkai huruf-huruf menjadi kata, kata menjadi kalimat, kalimat menjadi paragraf, dan paragraf-paragraf yang akhirnya membentuk tulisan ini. Aku belum bisa tidur. Tulisan inipun tercipta ditemani musik-musik yang sedari tadi didengar telinga. Sepertinya aku harus segera memejamkan mata. Melepas semua beban yang ada, menentramkan hati dan rasa, menumbuhkan rasa percaya, berdoa yang terbaik untuk dia, dia yang aku cinta. Aku sadari dan akui di akhir tulisan ini, aku cinta dia. Tanpa mencari-cari alasan dan mengumbar kata cinta, dalam diam pun aku tetap cinta dia. He should've known. Have a nice dream :)
24-25 Juli 2014
Irtup
Komentar
Posting Komentar