Belajar dari Supir Angkot

Kalau kita mau belajar, ga selalu harus di dalem kelas atau terpaku di depan meja belajar. Apalagi belajar tentang kehidupan. Ga bisa kalau cuma baca teori-teori dan pengalaman orang lewat tulisan. Yang kita perlu adalah buat pengalaman nyata sendiri, dan keluar. Keluar dari kotak aman kita dan lihat dunia luar. Betapa keras dan luar biasa kehidupan di luar sana. Cuma yang beriman dan mau bekerja keras yang mampu bertahan.

Pagi ini saya sempet ngobrol sama supir angkot waktu mau pergi ke kampus (salah satu kampus swasta di Depok sebut saja Univ. Gunadarma atau Gundar :D), sambil nunggu penumpang yang lain alias ngetem dan karena saya penumpang yang duduknya paling deket sama pak supir #eciee *di belakang dia maksudnya*. Dia yang mulai percakapan. Awalnya dia cuma nanya kenapa hari Sabtu kampus sepi ga kaya hari-hari biasanya? Saya jawab mungkin karena Sabtu banyak yang ga dapet jadwal ngampus. Kemudian dia lanjut nanya-nanya, jurusan dan asal saya, serta serba-serbi kampus Gundar sekarang. Ternyata pak supir itu alumni Gundar juga, tahun 2004 :o saya agak tercengang dan mulai muncul pikiran negatif terhadap supir itu. Saya denger aja curhatan singkatnya pas jadi mahasiswa dulu. Katanya dia ambil jurusan teknik komputer dan pernah jadi asisten dosen. Dia cukup aktif kayanya. Tapi hati saya makin bertanya-tanya, kaya pengen ngelontarin "terus sekarang kok...?", "tapi kok...?", "kenapa kok...?", dan kawan-kawannya. Tapi juga sebelum saya bener-bener ngelontarin pertanyaan yang kurang sopan itu *kalopun penasaran ga akan saya tanyain beneran kok*, dia ngelanjutin curhatnya. Memang baru kali ini saya liat supir angkot yang penampilannya rapi, gaya bicaranya beda *terlihat berpendidikan*, dan fresh haha. Ternyata oh ternyata dia salah satu wirausahawan yang sukses. Dia bukan sembarang supir angkot. Bisa dibilang dia 'orang kaya'. Dia udah mampu beli rumah, mobil, buka usaha, dan berkeluarga. Dulu dia sempet jadi pegawai juga di salah satu perusahaan provider yang terkenal, tapi dia ngerasa ga puas saat dia harus tega berangkat kerja pas anaknya belum bangun tidur dan pulang pas anaknya udah tidur. Finally dia tambah usaha deh, beberapa angkot yang berlalu lalang di jalan raya itu sebaian punya dia. Istilahnya...dia itu bos angkot tapi ikut narik juga haha. Kok dia masih mau ya? Dia ga malu? Padahal dia cukup santai aja di rumah. Dia bilang lumayan kan narik angkot setengah hari aja bisa ngehasilin beberapa ratus rupiah *emang iya sih*. And then dia bilang, "yaaa mungkin pandangan orang tentang supir angkot itu...dekil, ga berpendidikan, inilah, itulah, padahal kan..." *saya ga denger kelanjutannya*. Tapi emang betul kan kebanyakan dari kita beranggapan seperti itu. Yaudah saya sambung "padahal mereka ga tau." Ya, mereka ga tau kehidupan di balik sosok supir-supir angkot itu. Itulah pentingnya untuk tidak menilai seseorang dari luarnya saja. "Don't judge a book by its cover". Ketekunannya pak supir yang juga seorang wirausahawan sukses waktu masa kuliah kayanya terbayar ya setelah dia lulus. Dia pekerja keras yang rendah hati, I think.

Siangnya, lagi-lagi saya dapet kesempatan duduk di belakang pak supir, cuma arahnya kali ini dari Sukasari menuju rumah, di Bogor. Pak supir kali ini older hehe, dan perjalanan kami tersendat-sendat. Pemandangan yang ga aneh kalau pulang ke Bogor, ya itu, macet ._. Selama macet itu saya cuma bisa mainin hp dan denger obrolan pak supir sama seorang bapak yang duduk di sampingnya #ecieebapak =D x_x mau ga mau obrolan mereka terdengar jelas. Topiknya adalah... *jengjenggg*... "Dunia dan Akhirat". Prihatin dengernya, saat lalu lintas lagi kacau-kacaunya kaya gini alias macet mulu, pak supir itu ngerasa sedih dan bingung tiap waktu shalat datang. Kapan bisa berentinya coba? Kalaupun dia mau berenti, penumpangnya gimana? Dipikir-pikir emang bingung juga ya ngatur waktunya. Terus dia ngomongin profesi yang lain juga, profesi-profesi 'wah', berjabatan tinggi, tapi kerjanya ga pada jujur, korupsi atau apalah itu. Padahal yang ngasih rezeki kan Allah. Mereka ga takut apa kalau tiba-tiba rezekinya Allah cabut? Ya mungkin mereka dibuai sama dunia dulu, tapi bukannya hidup kekal itu di akhirat ya? Jadi supir angkot juga bukan keinginan pak supir itu, tapi jalan yang Allah kasih buat dia ya seperti itu. Dia sabar aja dan tetep kerja jujur. Yang penting pekerjaan dia halal.

Hidup ini emang penuh ujian, setiap orang punya kunci jawabannya masing-masing.

Apa yang kalian dapet dari tulisan saya di atas? Ya, sebagai makhluk Allah kita banyak bersyukur aja. Kesuksesan emang ada di tangan kita, tapi rezeki dan semuanya juga dipegang Allah. Kejar dunia seolah-olah kita akan hidup selamanya, dan kejar akhirat seolah-olah kita akan mati besok. Dunia ini fana kawan, serem deh kalau bayangin akhirat. Tapi apa daya manusia ga ada yang sempurna. Semoga kita tergolong ke dalam orang-orang yang beruntung ya, dapat merasakan kebahagiaan dunia dan akhirat. Amin YaRabbal'alamin. :)

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Monolog Harapan dan Kenyataan

Lirik Lagu 'The Rain' Oh Wonder dan Terjemahannya dalam Bahasa Indonesia

Melodi dan Ingatan Pengantar Tidur