I'm not The One

Saat aku bertanya pada diriku sendiri "Siapkah aku menyerah?", aku selalu berkata, biarkan waktu yang menjawab, biarkan waktu memberi kesempatan, karena sesungguhnya aku tak siap. Aku berharap waktu berputar membawa perubahan baik untukku dan dia.

Teringat semua perkataan dan janjinya yang berhasil membuatku yakin, membuatku jatuh terlalu dalam, membuatku sangat tulus, dan menjaga kesetiaan itu. Aku percaya dia ada disana, menatapku. Namun apalah arti kebersamaan, cerita, dan mimpi yang kami rangkai selama ini? Semua itu lenyap sesaat. Karena salah satu dari kami mempunyai mimpi baru. Bukan aku. Nampaknya dia ingin berhenti merangkai mimpi denganku lagi, dan aku tidak bisa memaksanya. Aku tak punya kuasa. Hati tak bisa dipaksa oleh siapapun, oleh apapun.

Banyak hal yang telah menamparku, kencang sekali. Tamparan itu terasa sakit, namun aku tak pernah menghindar. Mungkin aku masih ingin berpura-pura tegar disini, berafirmasi bahwa aku mampu bertahan dan kelak dia akan tersadar. Tentu saja waktu terus berputar. Kini ia menjawab pertanyaan-pertanyaanku. Aku yang harusnya tersadar, ada jalan lain yang dia pilih. Bukan aku. Berat untukku melangkah, memori itu tersimpan dalam, sulit untukku mengeluarkannya. Padahal itu yang aku butuh agar tak selalu terbelenggu seperti ini.

Waktu tetap berputar, perlahan aku mencoba pergi, namun kilat bayangnya datang tiba-tiba. Aku tak mengerti jalan pikirannya, aku tak bisa membacanya. Namun jika kau ingin tau apa yang ku pikirkan, aku akan jujur disini. Aku ingin halaman ini tak pernah ada, tak harus aku lewati. Tapi  aku tak menyesal, dan aku tak bisa apa-apa karena ini sudah jalannya.

Terkesan lucu apalabila membiarkan darahku mengalir, memandanginya lekat, sedangkan aku menahan perih akan lukanya. Setelah terjatuh aku berhenti sejenak sebelum berdiri lagi, merasakan sakitnya luka akibat jatuh yg tak disengaja itu. Dia tak ada untuk menolongku, mungkin hanya sedikit iba. Itupun pasti sangat sedikit. Aku sendiri. Lalu perlahan aku bangkit dan mencari obat, karena bagaimana bisa aku terus melangkah bersama luka yang tak dipulihkan? Seiring berjalannya waktu, lukaku pasti akan sembuh dengan sendirinya, hanya terasa perih saat aku jatuh. Lain kali aku harus berhati-hati.

Kata 'cukup' tak akan pernah cukup untuk berhenti menarik ulur hati dan pikiran yang kelabu ini. Tidak ada sebuah kesempatan kedua, tapi apakah itu berlaku untuk sebuah kesalahan? Manusia tempatnya khilaf. Ini bukan yang pertama kali, dan aku sempat kacau, kehilangan arah, menghabiskan air mata, memikirkan banyak hal dalam satu situasi 'dilema'. Aku belum bisa menerima kenyataan, selanjutnya apa yang harus aku lakukan? Ya, ikhlas. Aku tak ingin berputar di masa lalu, melihat dia pun mampu pergi melesat tanpa terganggu olehku. Dia menemukan orang lain yang mungkin butuh kehadirannya, orang lain yang ingin bangkit dari keadaan yang aku alami saat ini, namun harus ada yang berhenti. Itu aku. Aku bisa mengepakkan sayap ini sendiri mungkin, hingga aku bebas dan menjemput masa baru yang lebih baik.

-------------------------------

Sometime I believe in this words "Even though we had to say good bye I know when the water gets warm you'll come back to me", but I never know when the water will get warm. I don't want to wait, hope, and think all of the broken dreams. The hard gravitation must be end. Let the time prove to us where the beautiful promises. I wish you well... and maybe I'm not the one.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Monolog Harapan dan Kenyataan

Lirik Lagu 'The Rain' Oh Wonder dan Terjemahannya dalam Bahasa Indonesia

Melodi dan Ingatan Pengantar Tidur